Skip to main content

Baper

Bismillah

Kenapa ya kebanyakan yang baper itu cewek? Dari perkataannya sebenernya udah ciwi banget hehe “bawa perasaaan”. As we know, yang lebih suka pake perasaan kan cewek, kalo cowok biasanya lebih menggunakan logika. Walaupun, bukan berarti cewek ga berlogika sama sekali dan cowok ga berperasaan at all yaa. Ini hanya fakta umum sifat yang dominan pada gender saja.

Dan semua itu bil hikmah, Allah menciptakan perbedaan cowok dan cewek dari banyak hal tentu ada hikmahnya bahkan ini merupakan salah satu tanda Kebesaran Allah. Ya dong, secara cewe cowo sama2 manusia tapi unik dan (bisa) beda banget dalam beberapa hal tertentu makanya sepasang cowo cewe a.k.a suami istri (bukan sejenis ya) itu akan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing2. Kekurangan istri adalah kelebihan suami, dan sebaliknya.

Nah, dalam hal berumah tangga biasanya chance baper ini akan terbuka lebar. Setan mah selalu mencari celah kelemahan kita ya, dimana kalo ga disikapi dengan baik baper ini akan menjadi sumber pertengkaran bahkan perceraian, na’udzubillah. Suami biasanya akan terkesan cuek/ ga peduli sama maunya si istri. Padahal it is not true, suami yang bertanggung jawab biasanya banting tulang untuk membahagiakan keluarga masa dibilang ga peduli sii. Ya, memang untuk hal yang remeh temeh (menurut suami) biasanya bapak2 ini ga mau ambil pusing. Sedangkan yang remeh temeh ini bisa jadi big prob bagi si istri hihi.

So, kuncinya adalah komunikasi. Istri harus clear komunikasi ke suami mengenai keinginannya. Jangan terlalu husnuzon bahwa they can read our mind and they understand us so well girl :p. Tentu suami adalah orang yang mengerti kita, namun ga semuanya karena kadang mereka akan bingung kalau istri tiba2 cemberut or ngambek. Parahnya lagi kalau doski ngerasa ga ada apa2 masalah dan dia berpikir istri emang lagi pengen diem, nah loh jadi si istri ga dibujuk dan siap2lah akan kemunculan murka istri hihi. Untuk itu, paksu harus berperan aktif juga. Kalo udah ada yang beda sama istri yaa jangan dicuekin, dtanyain mas trus coba dibujuk2 yakin deh ga lama luluh. Wkwk

Well, baper sama suami biasanya dikarenakan ekspektasi yang berlebihan dari sang istri. Untuk itu ga perlu berharap terlalu over. Biasa2 aja, dan yang terpenting jalankan kewajibanmu dengan maksimal. Give more and you will get more. Yakin deh. Tunaikan saja kewajiban kita maka hak kita akan akan datang, bahkan bisa lebih indah dari yang dibayangkan.

Suatu hari, aku dan suami mau buat kerjaan bareng di rumah. Kita sama2 ada deadline tugas. Lalu, aku meminta tolong paksu membawakan laptop ke ruang tamu. Cuma minta tolong itu. Tapi, beliau malah menatanya dengan rapi beserta segala atributnya. Si laptop ditaruh di meja, sudah dengan charger yang dicolok (on). Lengkap juga dengan mouse & alasnya. Aku tinggal duduk dan buat kerjaan. Pas ke ruang tamu, aku melting euy xixix. Scara cuma minta keluarin laptop malah disiapin semuanya huhu, padahal kayaknya hal kecil yaa? Tapi ya itu, biasa lagi2 cewe kadang cepet touching haha.

Lantas apa efeknya? Aku jadinya happy kan yaa trus makin pengen service better buat beliau. Salah satunya masaaak hihi. Yup, alhamdulillah dapet menu baru dan akupun memasak dengan perasaaan bahagia alhasil menunya berasa enyaaak. Paksu seneng banget, nambah ampe beberapa kali coba. Alhamdulillah. So, karena seneng terbantu oleh suami, aku jadi happy maka suasana makan dan kerja juga jadi enak. Alhamdulillah kita berdua selesai ngerjain deadline masing2.

So, disini aku belajar bahwa saat kita mengerjakan kewajiban kita dengan ikhlas dan baik maka kebaikan itu akan kembali ke kita. :)

Comments

Popular posts from this blog

Jum’at, 5 Juni 2015

Bismilllah Ini cerita tentang proses Jum'at, 5 Juni 2015. Tanggal ini menyejarah dalam hidupku karena banyak hal yang berubah, bukan hanya status. Alhamdulillah di tanggal ini aku menggenapkan setengah dien. Tidak kusangka ternyata seniorku di kampus yang Allah pilihkan sebagai imamku. Bukan hanya satu kampus tapi juga satu organisasi  Forum Tarbiyah (FOTAR) Teringat saat itu September 2014 aku lagi buru2 ke LRT Station KLCC, waktunya sore karena aku baru selesai mengajar. On my way to LRT Station aku buka chatt WA, tertera nama kak fit (murobbiahku), beliau bilang “Assalammu’alaykum puti, in syaa Allah udah siap nikah kan? Ini ada ikhwan yang siap nikah juga. Biodatanya udah saya kirim ke email puti silahkan dibaca, istikharah dan dipertimbangkan”. WHATZ? Langkahku sempat terhenti, calon? Nikah? Hmm I keep questioning my self “r u really ready to get married?”. Rasanya siap ga siap yah. Feelingku mengatakan nih ikhwan kayaknya ikhwan Fotar deh sehingga aku membalas chatt ka ...

RencanaNya begitu Indah

Bismillah.  Suatu malam pertengahan tahun 2007. Aku duduk terdiam di depan komputer salah satu warnet dekat rumahku. Aku tidak percaya dengan hasil yang kulihat, tertera keterangan bahwa aku tidak lulus SPMB. Kuimbas kembali kenangan perjuanganku belajar di bimbel juga di kelas untuk menembus Psikologi UNPAD, namun harapan itu melayang bersama angin malam nan dingin lalu hilang terbang ke awan yang kelam, sekelam hatiku. Aku tidak lulus SPMB, betapa sedih dan malunya aku.  Guru agamaku bilang Allah pasti memberi yang terbaik untuk hambaNya, mana itu? Protesku dalam hati, kalau memang yang terbaik ya harusnya aku lulus SPMB karena itu keinginanku dan aku mau membahagiakan orang tuaku!. Kalau memang Allah memberi yang terbaik kenapa Dia tidak mengabulkan keinginanku padahal aku belajar siang dan malam sebagai persiapan sebelum SPMB. Aku angkuh karena merasa sudah berusaha maksimal. Kegalauan melanda, aku harus meneruskan kuliah kemana? *** Vivi, temanku di SMA N...