Skip to main content

Jum’at, 5 Juni 2015

Bismilllah

Ini cerita tentang proses Jum'at, 5 Juni 2015. Tanggal ini menyejarah dalam hidupku karena banyak hal yang berubah, bukan hanya status. Alhamdulillah di tanggal ini aku menggenapkan setengah dien. Tidak kusangka ternyata seniorku di kampus yang Allah pilihkan sebagai imamku. Bukan hanya satu kampus tapi juga satu organisasi  Forum Tarbiyah (FOTAR)

Teringat saat itu September 2014 aku lagi buru2 ke LRT Station KLCC, waktunya sore karena aku baru selesai mengajar. On my way to LRT Station aku buka chatt WA, tertera nama kak fit (murobbiahku), beliau bilang “Assalammu’alaykum puti, in syaa Allah udah siap nikah kan? Ini ada ikhwan yang siap nikah juga. Biodatanya udah saya kirim ke email puti silahkan dibaca, istikharah dan dipertimbangkan”.

WHATZ? Langkahku sempat terhenti, calon? Nikah? Hmm I keep questioning my self “r u really ready to get married?”. Rasanya siap ga siap yah. Feelingku mengatakan nih ikhwan kayaknya ikhwan Fotar deh sehingga aku membalas chatt ka fit dan menolaknya “afwan kak, kalo ikhwannya Fotar kayaknya ane ga lanjut kak” mumpung belum buka bionya. Eh malah dibales “jangan gitu puti, coba dibuka dulu, dibaca dan dipertimbangkan siapa tau ikhwannya solih”. Akhirnya well, i tried.

Singkat cerita, bener si doi ikhwan Fotar and I know him lil bit. Aku langsung nelpon papa n mama, mereka mengizinkan dan membaca proposal ikhwan tersebut. Dan jawaban mereka lanjut. Malah, papa menyuruh si ikhwan datang langsung ke rumah untuk proses khitbah. I was wondering. “Pa, papa beneran mau ngelepas pt gitu aja? Ga kenalan langsung dulu gitu?”. And you know, my dad’s answer was shooting my heart “kenalan dari telpon aja cukup nak, papa udah istikharah nanya ke Allah dan dia jawabannya. Gapapa langsung khitbah, papa udah kenalan juga sama ayahnya nyambung komunikasi kita. Kita mudahkan urusan orang nak, biar Allah mudahkan urusan kita” Allahurobbi, meleleh cuyy!.

Jadi yaa begitulah, doi dan keluarga besarnya datang ke rumahku di bulan Desember 2014 untuk khitbah dan disepakati 5 Juni 2015 kami menikah (akad) dan 6 juni 2015 resepsinya. Gimana prosesnya? Tentu ga semulus jalan tol hehe. Adaaa aja ujian tapi nih ya ada aja jalan keluarnya, mungkin itu yang namanya jodoh, Allah mudahkan. Contohnya yang pas booking gedung utk tanggal 6 juni. Itu bener2 kuasa Allah banget deh, secara bulan juni semuanya FULL-BOOKED kecuali ya itu tanggal 6 juni dan part pagi, bahkan malemnya udah ada yang booked. Yaa Allah aku merinding pas mama ngasih tau berita ini. Truss, Galau ga pas proses mau nikah? Banget haha. Sempet aku me-list down why I accept him and why not, ini nih puncaknya galau nerima or gak sampe di list coba wkwk. Yaa reasonnya tentu condong nerima makanya nikah hihi. Rasanya nano2 excited, penasaran, sedih krna mau jauh dari klrga, worry dst.

And finally. Jum’at 5 Juni 2015, ayahku mengucapkan ijab dengan suara berat dan dijawab kabul oleh suamiku di Masjid Agung Palembang. Tangis kami pecah, tangis haru dan bahagia. Honestly, we build d love after halallll, rasa cinta or sayang or kangen2an sebelum nikah bener2 ga ada. Suwerr. Alhamdulillah atas redhoNya, sekarang mahh jangan ditanya haha. Aku bersyukur banget karena kami membangun rasa itu setelah halal sehingga semoga Allah nilai itu sebagai ibadah. On top of that, aku seneng dan bersyukur juga karena di hari ini papa seneng banget temen2 beliau pada kumpul, tamu2 dari jauh berdatangan bahkan temen, dosen dan keluarga angkatku dari Malaysia bela2in dateng. Rezeki banget. Alhamdulillah.

Alhamdulillah, along the process of marriage I did realise that he is Allah’s choice for me cz he is d one that complete me, indeed. The most important thing of getting married is our parents’ pleasant. If they please us then Allah is too. Choosing an imam for your life is not easy but can be easier if you put your trust on Him, ask Him many times, believe Him cz He never fails you. Thank you Allah, Thank you ma n pa, also all family, relatives, and friends who help us, attend our big day, and pray for us. I just hoping He rewards you all with abundant of kindness and never ending love.

And yess, the life is changing, to be better. :)

Comments

Popular posts from this blog

Baper

Bismillah Kenapa ya kebanyakan yang baper itu cewek? Dari perkataannya sebenernya udah ciwi banget hehe “bawa perasaaan”. As we know, yang lebih suka pake perasaan kan cewek, kalo cowok biasanya lebih menggunakan logika. Walaupun, bukan berarti cewek ga berlogika sama sekali dan cowok ga berperasaan at all yaa. Ini hanya fakta umum sifat yang dominan pada gender saja. Dan semua itu bil hikmah, Allah menciptakan perbedaan cowok dan cewek dari banyak hal tentu ada hikmahnya bahkan ini merupakan salah satu tanda Kebesaran Allah. Ya dong, secara cewe cowo sama2 manusia tapi unik dan (bisa) beda banget dalam beberapa hal tertentu makanya sepasang cowo cewe a.k.a suami istri (bukan sejenis ya) itu akan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing2. Kekurangan istri adalah kelebihan suami, dan sebaliknya. Nah, dalam hal berumah tangga biasanya chance baper ini akan terbuka lebar. Setan mah selalu mencari celah kelemahan kita ya, dimana kalo ga disikapi dengan baik baper ini akan me...

RencanaNya begitu Indah

Bismillah.  Suatu malam pertengahan tahun 2007. Aku duduk terdiam di depan komputer salah satu warnet dekat rumahku. Aku tidak percaya dengan hasil yang kulihat, tertera keterangan bahwa aku tidak lulus SPMB. Kuimbas kembali kenangan perjuanganku belajar di bimbel juga di kelas untuk menembus Psikologi UNPAD, namun harapan itu melayang bersama angin malam nan dingin lalu hilang terbang ke awan yang kelam, sekelam hatiku. Aku tidak lulus SPMB, betapa sedih dan malunya aku.  Guru agamaku bilang Allah pasti memberi yang terbaik untuk hambaNya, mana itu? Protesku dalam hati, kalau memang yang terbaik ya harusnya aku lulus SPMB karena itu keinginanku dan aku mau membahagiakan orang tuaku!. Kalau memang Allah memberi yang terbaik kenapa Dia tidak mengabulkan keinginanku padahal aku belajar siang dan malam sebagai persiapan sebelum SPMB. Aku angkuh karena merasa sudah berusaha maksimal. Kegalauan melanda, aku harus meneruskan kuliah kemana? *** Vivi, temanku di SMA N...