Skip to main content

Cooking, is it matter?

Bismillah

Ketika disebut kata memasak, apa yang terlintas di fikiran kita? Makanan? Chef? Atau.. cewek?. Apakah memasak identik dengan wanita? Gak juga kkok, malah rata2 chef handal itu cowok loh. Nah bagaimana ceritanya memasak di dalam rumah tangga? Apakah mutlak tugas seorang istri?

Banyak amirr nanyanya hihi. Well, rata2 yang memasak di rumah memang seorang istri a.k.a ibu. Walaupun ga sedikit loh ya para suami yang pintar memasak, contohnya ayahku hehe. Biasanya sii suami yg pinter masak itu adalah anak rantau atau hobinya emang memasak.

Sebagian ulama sepakat bahwa memasak bukanlah kewajiban istri, sehingga tidak berdosa jika seorang istri tidak bisa memasak. But, alangkah lebih baiknya jika istri dapat melayani suami dalam hal menghidangkan makanan yang halal dan tayyib untuk keluarga.

Di awal proses menikah dulu, pada saat taaruf tepatnya, aku menyatakan kepada suami bahwa aku tidak bisa memasak lantas beliau menjawab diplomatis “ga masalah, memasak itu skill bisa dipelajari in syaa Allah”. Benar saja, setelah menikah aku baru menyadari hobi lainku yaitu memasak. Dulu sewaktu single aku emang suka ke dapur sii, tapi biasanya jadi asisten ibuku “potong ini”, “aduk”, “goreng”, “cuci sayur” yaa nunggu perintah aja. Untuk resep taunya sayur bening ama telor ceplok doang wkwk.

Jadi istri jaman now alhamdulillah loh karena dimudahkan dengan berbagai app dan tutorial masak di mana2, mulai dari mbah yutub sampe uyut gugel. You just need to do “click”, all is on your finger tip.  Nah the thing is mau atau ga mau mencoba? :D.

Honestly, awal2 berumah tangga emang ga mudah. Nanyain apa makanan kesukaan suami, cari resep, trial and error, belanja belanji ampe beberapa kali bolak balik ke warung karna kurang bumbu scara belum pengalaman hehe. Not only that, aku tuh awalnya jenis yang harus tau exactly bawangnya berapa banyak, garam berapa sendok, air berapa mili yaah gitu deh. Ini karena aku belum pede dan belum familiar. Lama2 alhamdulilla ga perlu lagi kok, cukup pake “feeling”, wajar aja dulu tante dan ibuku waktu kutanya “berapa banyak?” Mereka akan jawab “kira2 aja” dan aku mulai kesel scara orang baru belajar hihi.

Semuanya berproses sis, yakin deh practice make perfect. Ga ada yang instan, begitu pula memasak. Ga dipungkiri ada yang bakatnya emang meamasak tapi yakinilah memasak ini juga skill yang bisa dipelajari, like he said. Alhamdulillah tipe suami ga banyak nuntut ini itu dan doi termasuk pemakan segala jadi yaa lumayan mempermudah.

Ohya satu lagi, gimana kalo beda selera? Yang satu suka pedes, satu lagi manis. Hmm kalo gini istri harus effort lebih emang, itung2 nambah pahala hehe. Aku sii alhamdulillah satu selera ama suami, sebenernya aku suka pedes banget, bliau yaa standar ajaa. Nah setelah nikah ini karna aku sering masak dengan level pedes agak ekstrim doi jadi terbiasa dan kalo makan di luar sering komen”kok ga pedes ya?” Sudah terpengaruhi dia hihi.

Emang sii sis kalo masak itu lumayan ribet. Mulai dari mikirin menu, belanja keperluannya, cuci bahan, simpen di kulkas dengan disusun rapi, trus masak pake seabrek peralatan, sampai selesai makan kita juga yang cuci piring. Capek ga? Ngebayangin prosesnya aja udah capek ya? Hoo. But ga juga kok, lama2 kita akan dapet ritme dan strateginya. Tar di akhir aku kasih  list beberapa strategi memasak yaa.

Yang terpenting adalah meunmbuhkan KEINGINAN or MOTIVASI dalam diri kita untuk memasak. Memasak itu penting juga loh sebagai perekat hubungan suami istri, kalo suami biasa makan dari hasil tangan kita in syaa Allah doi akan tambah sayang ke kita, anak2 juga begitu. Seorang bos katering handal pernah berpesan padaku “kamu yang rajin masakin suami nak, karena kalo udah semakin berusia makanan bisa jadi membuat suami kangen ke kita, selain akhlaq kita tentunya”. Berbahagilah wahai istri kalo misalnya suamimu ga doyan makan di luar, he is waiting our food every day beibh. So, masakan kita juga bisa meningkatkan kesetiaan suami loh, contoh nyata banget nenek kakekku, kakekku kalo makan harus ada sambel buatan nenek ga mau yang lain. Alhamdulillah awet loh sampe ajal yg misahin. Gimana, mau masakin suami? Mau lah yaaa, yakin deh capek kita bakal ilang blasss pas suami dengan lahapnya makan masakan kita :)

Now is d promise, strategi memasak ala akuh:
1. Pastikan bumbu dapur yang sering kamu pake tersedia di rumah misal: bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dan cabe juga gula garam
2. Biar ga ribet belanjanya mingguan sehingga pastikan cari kulkas yang ok punya untuk menyimpan stok sayuran dan makanan
3. Buat list menu selama seminggu sehingga bisa buat list keperluan belanja juga
4. Bagi yang doyan sambel bisa dibuat dalam jumlah besar dan disimpan di kulkas stoknya. Resep ada di IGku yaa
5. Selain sambal olahan makanan lain juga bisa dijadikan stok contohnya nugget, ayam ungkep sehingga pas mau tinggal goreng, dan lainnya.
6. Untuk resep bertaburan dimana2 jadi ga ada alasan untuk gatau yaa, saranku siih masak yang simpel2 aja dan masak yang biasanya kita makan di rumah jadi bisa ditanyain ke ibu resepnya. Selain itu resep2 yg ada di internet ga semestinya seratus persen diikutin kok, bisa juga dmodifikasi, pake insting aja sii.. malah kadang aku pake bahan seadanya di rumah. Be confident :D
7. Dont give up. Untuk rasa kalo belum memuaskan itu biasa, namanya juga proses belajar. Lama2 in syaa Allah maknyusss
8. Ohya, tips lain yang ga kalah pentingnya adalah dapur (alat masak dan bumbu2) yang tersusun dengan rapi dan baik. Jadi segala macam bumbu (pastikan lengkap) dan disusun baik sehingga enak dilihat dan mudah dicari, ini memotivasi juga loh buat masak.
9. Doa. Apapun aktivitas kita, awali dengan doa dan isi dengan zikir. Sewaktu masak bvisa sambil solawatan, doa ke Allah mudah2an masakan ini baik untuk keluarga, bisa menambah ketaatan, dan Allah buat enak di lidahnya. Yakin deh enakk dan berkah

Orait, segitu dulu tipsnya. Semoga bermanfaat. Let’s cook! :)

Comments

Popular posts from this blog

Baper

Bismillah Kenapa ya kebanyakan yang baper itu cewek? Dari perkataannya sebenernya udah ciwi banget hehe “bawa perasaaan”. As we know, yang lebih suka pake perasaan kan cewek, kalo cowok biasanya lebih menggunakan logika. Walaupun, bukan berarti cewek ga berlogika sama sekali dan cowok ga berperasaan at all yaa. Ini hanya fakta umum sifat yang dominan pada gender saja. Dan semua itu bil hikmah, Allah menciptakan perbedaan cowok dan cewek dari banyak hal tentu ada hikmahnya bahkan ini merupakan salah satu tanda Kebesaran Allah. Ya dong, secara cewe cowo sama2 manusia tapi unik dan (bisa) beda banget dalam beberapa hal tertentu makanya sepasang cowo cewe a.k.a suami istri (bukan sejenis ya) itu akan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing2. Kekurangan istri adalah kelebihan suami, dan sebaliknya. Nah, dalam hal berumah tangga biasanya chance baper ini akan terbuka lebar. Setan mah selalu mencari celah kelemahan kita ya, dimana kalo ga disikapi dengan baik baper ini akan me...

Jum’at, 5 Juni 2015

Bismilllah Ini cerita tentang proses Jum'at, 5 Juni 2015. Tanggal ini menyejarah dalam hidupku karena banyak hal yang berubah, bukan hanya status. Alhamdulillah di tanggal ini aku menggenapkan setengah dien. Tidak kusangka ternyata seniorku di kampus yang Allah pilihkan sebagai imamku. Bukan hanya satu kampus tapi juga satu organisasi  Forum Tarbiyah (FOTAR) Teringat saat itu September 2014 aku lagi buru2 ke LRT Station KLCC, waktunya sore karena aku baru selesai mengajar. On my way to LRT Station aku buka chatt WA, tertera nama kak fit (murobbiahku), beliau bilang “Assalammu’alaykum puti, in syaa Allah udah siap nikah kan? Ini ada ikhwan yang siap nikah juga. Biodatanya udah saya kirim ke email puti silahkan dibaca, istikharah dan dipertimbangkan”. WHATZ? Langkahku sempat terhenti, calon? Nikah? Hmm I keep questioning my self “r u really ready to get married?”. Rasanya siap ga siap yah. Feelingku mengatakan nih ikhwan kayaknya ikhwan Fotar deh sehingga aku membalas chatt ka ...

RencanaNya begitu Indah

Bismillah.  Suatu malam pertengahan tahun 2007. Aku duduk terdiam di depan komputer salah satu warnet dekat rumahku. Aku tidak percaya dengan hasil yang kulihat, tertera keterangan bahwa aku tidak lulus SPMB. Kuimbas kembali kenangan perjuanganku belajar di bimbel juga di kelas untuk menembus Psikologi UNPAD, namun harapan itu melayang bersama angin malam nan dingin lalu hilang terbang ke awan yang kelam, sekelam hatiku. Aku tidak lulus SPMB, betapa sedih dan malunya aku.  Guru agamaku bilang Allah pasti memberi yang terbaik untuk hambaNya, mana itu? Protesku dalam hati, kalau memang yang terbaik ya harusnya aku lulus SPMB karena itu keinginanku dan aku mau membahagiakan orang tuaku!. Kalau memang Allah memberi yang terbaik kenapa Dia tidak mengabulkan keinginanku padahal aku belajar siang dan malam sebagai persiapan sebelum SPMB. Aku angkuh karena merasa sudah berusaha maksimal. Kegalauan melanda, aku harus meneruskan kuliah kemana? *** Vivi, temanku di SMA N...