Bismillah.
Alhamdulillah yaa Robb,
Alhamdulillah Engkau pertemukan aku dengan orang2 luar biasa yang menginsprasi.
Orang2 soleh yang mengingatkanku akan agamaMu, orang2 cerdas yang mendorongku
untuk terus mencari, orang2 penuh semangat menebar manfaat yang membuatku malu
dan iri jika hanya berdiam diri. Hatta, surprise
atas kejadian2 yang belum terlintas dalam pikiranku.
Hectic & anxiety. Rasa
‘galau’ sempat menggelayutiku karena ‘diteror’ tugas2 kuliah dan research
proposal di tengah naiknya frekuensi rutinitas hobiku. Selain itu, pernah
juga ada rasa stag, heuheu Alhamdulillah gak berlama-lama, bahaya euy.
Nah ceritanya, sebelum ini beberapa kali aku kebagian amanah menjadi penanggungjawab
acara dan bagian konsumsi. Beberapa kali pula aku berhubungan dengan catering
yang sama. Catering yang terkenal dengan cita rasa khas Indonya di bumi
rantau ini. Panggil saja namanya ibu Solihah, ibu yang energik pengolah catering
tersebut. Sebelum ini aku kerap mendengar ‘desas-desus’ baik tentang beliau,
sempat bersua muka juga tapi aku belum pernah ngobrol panjang sama beliau.
Pagi ini, bu Sholihah janji akan datang
ke mahallah (asrama)ku untuk mengambil barang2 yang kemarin digunakan
untuk acara family gathering PPI. Telponku berdering, ternyata bu
Sholihah mengabarkan bahwa beliau sudah masuk ke mahallah dan bertanya tempat
kami akan bertemu. Setelah memberi beberapa direksi menuju blok kamarku lalu aku
turun ke parkir area. Kupikir setelah menyerahkan uang konsumsi plus barang2
aku bakal langsung kembali ke kamar, karena ibunya juga padat agenda jadi yaa
gak mungkin berlama-lama, batinku.
Begitu ketemu bu Sholihah
menyambut dengan senyum ramahnya. Setelah menyerahkan barang, beliau bertanya
tentang acara kemarin dan konsumsinya. Aku pun menjelaskan Alhamdulillah cukup
dan banyak yang suka secara kita nge-bakso malang & es buah.hoho. Beliau
bilang pokoknya untuk mahasiswa gak usah khawatir soal harga, beliau anggap
kasih makan ke anak-anaknya. Jadi nanti kalo mau pesen lagi jangan risau.
Mungkin beliau ingat negosiasiku sebelumnya ke beliau mengenai budget kami.
Hehe.
Lalu, beliau bercerita tentang
pengalaman beliau. Bahwa dana dari catering ini untuk disalurkan lagi ke
beberapa aktivitas dakwah. Khususnya pembinaan beberapa yayasan anak yatim yang
tinggal di daerah kristenisasi, “saya kan udah tau situasi disana, terus kalo
saya gak berbuat ya saya dosa kan mbak” komennya. Ada juga sharing
tentang gimana lika-liku dakwah yang dilaluinya dari segi respon orang,
finansial, etc. Intinya, usaha dengan
niat yang baik yang disertai keyakinan yang kuat sama Allah. Maka Allah pasti
mudahkan, gak ada yang gak mungkin bagi Allah. Logika manusia ada batasnya,
tapi kekuatan Allah di luar logika kita. Itulah ujian di saat sulit datang,
keimanan yang harus bicara (again). Selain itu, yang tak kalah penting
adalah kita jangan bosan berusaha, untuk urusan hidayah hanya pada Allah Sang
Muqallibal Qulub.
Jika ingin menebarkan kebaikan
maka kitapun harus tingkatkan hubungan sama Allah, ngaji, puasa, sedekah dan
qiyam-nya yang rajin. Kalo nggak ya udah patah, gimana menguatkan kalo kita
sendiri gak kuat?. Terus akhlaqnya juga harus konsisten walaupun dengan ‘pasien
yang beragam’ (analogi beliau). Ada pemabuk, mungkin pecandu atau pezina. Ya
mereka justru yang harus dideketin. Soal mereka berubah atau gak itu urusan
Allah, yang penting kita ngajak kepada kebaikan. Ada orang yang keras, sinis,
gak sedikit mencibir atau mungkin mencela saat kita berbuat. Yaa tantangan toh,
balaslah kekerasan, keburukan dengan kebaikan. Gak rugi in shaa Allah.
Gak terasa, kita ngobrol panjang,
ngalir aja padahal ‘aku gak minta’. Ternyata beliau memang sudah ‘ditularkan’
sejak kecil oleh orang tuanya untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang
lain. Pernah suatu ketika ayahnya minta ijin untuk menjual TV dan dananya
digunakan bagi membiayai pembangunan masjid. Beliau juga aktif organisasi di
saat kuliah. Hingga saat sudah menikah pun katanya “susah untuk diem dan gak
berbuat sesuatu”. Saat kutanya apa motivasi besarnya dalam bergerak khususnya ke
anak yatim, beliau menjawab singkat tapi jlebb “biar nanti senyum aja pas
ketemu Allah” ujarnya sambil mengulas senyum khas keibuannya. Robbi…
Doa dan keyakinan itu senjata
orang beriman. Ramadhan sebelum ini beliau bingung darimana dana untuk memenuhi
request kebutuhan anak yatim, “pasti ada jalan dari Allah” tekadnya di
tengah kepasrahan dan munajat pada Sang Khaliq. Dan, benar saja pesanan catering-nya
padet, trus dana ngalir bahkan berlebih. Mashaa Allah. Beliau minta sama Allah
biar apapun aktivitas yang dijalankan hatta jabatan agar membawa untuk dekat
sama Allah, tapi kalo emang itu menjauhkan dan melalaikan dariNya mending gak
usah dapet walaupun mungkin bagus dari sisi manusia. Terus bu Sholihah juga doa biar dirinya redho dengan apapun
ketetapan Allah.
Satu lagi beliau juga bercerita
tentang anak beliau yang diam-diam ternyata berbuat kebaikan. Dengan mata
berkaca dia mengulang dialognya pada sang anak “makasih nak, karna jadi anak
yang baik jadi nanti in shaa Allah bisa nolong mama. Mama juga bisa tenang kalo
pergi”, nyess. Jadi refleksi diri, udah berapa banyak bekal yang kusimpankan
untuk orang tuaku?. Huhu. Beberapa kalimat sederhana beliau menepuk2 hatiku,
makasih yaa Rohiim :’).
Pelajaran yang kupetik bahwa sang
ibu bener-bener berusaha menerapkan hadist Rasul “khoirunnas anfa uhum
linnas”, sebaik2 manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Ketika
kita berfikir kebaikan untuk orang lain maka Allah akan memberikan lebih dari
apa yang kita bayangkan, in shaa Allah. Niatnya gak neko-neko, ya sederhana aja
“tetap berbagi”. Soleh pribadi bagus tapi kita juga (sangat) perlu sosok soleh
sosial (jadi pengen nulis tentang ini) *abis target tugas kelar deh, >.<.
Alhamdulillah, ala kullihal, setiap orang yang kita temui, kejadian yang kita
alami bahkan mungkin tulisan yang gak sengaja kita baca. Bisa jadi ada hikmah
dan maksud Allah di sebaliknya. Allah Maha Tahu apa yang aku perlukan, sharing
yang tiba2 ini adalah tarbiyah dadakan bagiku. Ayok semangat berbuat, keep doing
sth!.
Smoga bermanfaat. Wallahua’lam
bishowab.
Comments
Post a Comment