Skip to main content

Tentang Papa

Bismillah,

Luar biasa ujian kehilangan orang yang disayang. Amat disayang. Benar2 menguji keimanan :). Alhamdulillah ala kulihal Allah menguatkanku dan menyadarknku bahwasannya, semua yang bernyawa akan mati, semua dari Allah dan akan kembali ke Allah. Hanya waktu, cara, dan tempat yang mungkin berbeda. Beberapa waktu lalu membaca buku Roh karya Ibnu Qayyim AlJauzi, dapet lagi pencerahan tentang bagaimana menyenangkannya roh orang2 beriman di alam barzakh sana. Kubur mereka adalah pintu gerbang untuk ke surgaNya, kubur mereka adalah taman2 surgaNya. Masyaa Allah. Hatiku jadi adem lagi, kalo inget papa sekarang berdoa aja, semoga papa ditempatkan bersama barisan orang2 beriman, bahkan semoga bersama para sahabat dan rasulullah. Aku menjadi saksi, betapa papa adalah orang sabar dan tegar, yang pernah aku temui. Robb Engkau Yang MAha Adil lagi Penyayang, semoga Engkau berikan pahala terindah lagi tak terbatas untuk papa. 

Anyway, setiap hari bahkan hampir setiap momen dalam sehari aku inget papa. Pas masak, inget beliau belum sempet icip masakanku hixz. Pas sama suami, inget gimana beliau yang dulu yakin untuk memudahkan proses pernikahan kami. Pas buka FB, inget dulu sering banget aku inbox-an sama papa. Pas buka hp, kadang terbersit "mau nelpon papa ahh", trus inget lagi "eh iya, papa udah disana". Well. Ga boleh sedih lama2, karna Allah ga suka. Hadapi ujiannya dengan solat dan sabar, ya solat dan sabar. Maksimalkan bakti yang bisa dilakukan sekarang, doakan, sedekah atas nama beliau, ada rejeki in syaa Allah naikkan haji, umroh utk beliau, sambung silaturrahim sama kluarga dan kerabat beliau, terusin cita2 beliau, berusaha isi setiap detik waktu dengan kebaikan karena anak adalah amal jariyah bagi orang tuanya, pun mencoba amalkan apa yang diajarkan dan dinasihatkan papa.

Tersirat maupun tersurat, papa sudah mengajariku, meneladaniku, dan memotivasiku untuk menjadi kuat dalam menjalani hidup yang tidak lepas dari cobaan. Dari papa, aku belajar banyak hal. Suatu hari papa berpesan, "jalani hidup dengan sebaik2nya nak, nikmati aja skenario Allah. Sabar dan syukur. Sakit, sedih, bahagia, harta semuanya itu titipan dan sebentar saja di dunia ini". Papa merupakan anak semata wayang, tidak memimiliki saudara. Tapi, masyaa Allah. Saat papa kembali ke pangkuan Ilahi, begitu banyak yang merasa kehilangan papa. Aku belajar, bagaimana papa bergaul tidak pandang buluh, banyak sekali temannya. Papa juga menunjukkan bagaimana bersikap baik lagi santun terhadap orang lain. Berusaha untuk menebar manfaat sebanyak2nya karena itulah pundi amal yang kelak menjadi teman setia sampai hari perhitungan. Ketika sakit pun, papa dengan senyum khasnya berkata "tanda2 menua sudah Allah kasih, nikmatnya makin berkurang, mata rabun, rambut putih, tenaga tak kuat lagi. Kita saja yang tidak sadar. Sakit ini pun nikmat, gakpapa lebih baik dosa kita dibersihkan Allah di dunia daripada di akhirat". Allahu.

Dulu, Papa nyaris dibunuh orang. Diserbu gerombolan preman. Alhamdulillah selamat! karena perlindungan Allah dan ajal papa belum tiba. Dari kejadian itu aku belajar bagaimana mempertahankan kebenaran dan prinsip. Hatta nyawa sekalipun, kebenaran maka harus dinyatakan. Tegarnya dirimu duhai papa.  

Ketika aku akan jauh (lagi) lanjut S2 di Malay. Aku bertanya pada papa "Papa gak sedih? ngijinin puti jauh lagi". Tetap, dengan senyum bersahaja papa menjawab "Pasti sedih nak, berat papa menahan rindu melepas putri sulung yang papa sayang. Tapi papa mau yang terbaik, mau puti dan adek2, keluarga kita lebih baik. Tuntutlah ilmu nak, dekatkan dirimu padaNya nak". Aah papa :')

Sewaktu aku akan menikah. Aku merasa berasalah karena papa dan mama pontang panting di sana sedangkan aku masih kuliah di negri jiran. Lalu aku minta maaf karena menyusahkan papa. Papa malah menjawab "huss, puti ga boleh ngomong gitu. Ini kewajiban setiap orang tua mengantar anaknya sampai ke jenjang pernikahan nak. Papa gak mau denger puti minta maaf lagi. Ini kewajiban papa nak, ibadah papa". Jleb! iya pa. Doa puti, semoga Allah alirkan setiap ibadah puti dalam rumah tangga untuk papa. Bahkan, dulu pt sempat protes karena papa mau menerima bg ali datang ke rumah kita utk langsung lamaran. Cukup berkenalan melalui telpon tanpa tatap muka. Aku protes "papa beneran yakin ngelepas anak perempuan papa tanpa liat dulu orangnya??". Jawaban papa mantap dan membuat aku terenyuh "Yakin nak in syaa Allah, papa sudah istikharah dan solat hajat, dia jawaban dariNya. Lagipula, mudahkan urusan orang nak biar Allah mudahkan urusan kita. kan?". Aaak papa, kangen berat, Kangen denagn sebutan "Nak",. Ya Allah. Papa juga mengajariku bagaimana seharusnya berakhlaq dengan suami. Ya Allah, alirkan semua pahala yang kudapat, untuk papa dan mama juga Robb.

Pun, aku belajar. Ketika, ada segelintir orang yang berkhianat, membalas kebaikan papa dengan kepahitan. Papa menelannya saja, papa yakin bahwa kasih sayang Allah itu luas, tidak perlu lama ambil pusing dengan perbuatan buruk orang pada kita. Yang terpenting bagaimana kita terhadap orang lain. Allah Maha Adil, ujar papa. Luar biasa, begitu lapang dadanya dirimu papa. Aku belajar royalnya papa dalam memberi, memberi ilmu, materi, dan kebaikan lainnya. Setelah memberi titik. Tidak usah mengharap balas dari manusia. Cukup memanen balasan dariNya disana saja. Smoga Allah balas kebaikan papa dengan pahala indah tak terbatas di sana pa.

Terkhusus, peran papa di keluarga kita amat kurasa. Apalagi saat kini papa sudah kembali padaNya. Pedih itu masih pekat terasa pa. Ujian demi ujian terus menyapa, kami berusaha untuk menghadapinya sebagaimana contoh yang papa beri. Hadapi semua itu dengan ketegaran, kesabaran, dan kepasrahan pada Allah. Sungguh pa, papa benar2 berkorban sampai titik darah penghabisan untuk keluarga kita. Roboh pertahanan air mataku jika mengenang hal ini. Oooh Allah, Engkau Yang Maha Baik, balaslah pengorbanan papa dengan sebaik2 pembalasan untuknya, yaitu kemenangan abadi di dalam surgaMu.

Sepertinya cerita tentangmu akan selalu ada pa. Nanti, akan kuabadikan lagi titian sejarah yang telah papa wariskan pada kami sebagai pengingat untukku dan pelajaran bagi yang lainnya.

"di antara kunang kunang mataku, cahayamu tak pernah redup pa"
Dariku, yang selalu menyayangimu.

Comments

Popular posts from this blog

Baper

Bismillah Kenapa ya kebanyakan yang baper itu cewek? Dari perkataannya sebenernya udah ciwi banget hehe “bawa perasaaan”. As we know, yang lebih suka pake perasaan kan cewek, kalo cowok biasanya lebih menggunakan logika. Walaupun, bukan berarti cewek ga berlogika sama sekali dan cowok ga berperasaan at all yaa. Ini hanya fakta umum sifat yang dominan pada gender saja. Dan semua itu bil hikmah, Allah menciptakan perbedaan cowok dan cewek dari banyak hal tentu ada hikmahnya bahkan ini merupakan salah satu tanda Kebesaran Allah. Ya dong, secara cewe cowo sama2 manusia tapi unik dan (bisa) beda banget dalam beberapa hal tertentu makanya sepasang cowo cewe a.k.a suami istri (bukan sejenis ya) itu akan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing2. Kekurangan istri adalah kelebihan suami, dan sebaliknya. Nah, dalam hal berumah tangga biasanya chance baper ini akan terbuka lebar. Setan mah selalu mencari celah kelemahan kita ya, dimana kalo ga disikapi dengan baik baper ini akan me...

Jum’at, 5 Juni 2015

Bismilllah Ini cerita tentang proses Jum'at, 5 Juni 2015. Tanggal ini menyejarah dalam hidupku karena banyak hal yang berubah, bukan hanya status. Alhamdulillah di tanggal ini aku menggenapkan setengah dien. Tidak kusangka ternyata seniorku di kampus yang Allah pilihkan sebagai imamku. Bukan hanya satu kampus tapi juga satu organisasi  Forum Tarbiyah (FOTAR) Teringat saat itu September 2014 aku lagi buru2 ke LRT Station KLCC, waktunya sore karena aku baru selesai mengajar. On my way to LRT Station aku buka chatt WA, tertera nama kak fit (murobbiahku), beliau bilang “Assalammu’alaykum puti, in syaa Allah udah siap nikah kan? Ini ada ikhwan yang siap nikah juga. Biodatanya udah saya kirim ke email puti silahkan dibaca, istikharah dan dipertimbangkan”. WHATZ? Langkahku sempat terhenti, calon? Nikah? Hmm I keep questioning my self “r u really ready to get married?”. Rasanya siap ga siap yah. Feelingku mengatakan nih ikhwan kayaknya ikhwan Fotar deh sehingga aku membalas chatt ka ...

RencanaNya begitu Indah

Bismillah.  Suatu malam pertengahan tahun 2007. Aku duduk terdiam di depan komputer salah satu warnet dekat rumahku. Aku tidak percaya dengan hasil yang kulihat, tertera keterangan bahwa aku tidak lulus SPMB. Kuimbas kembali kenangan perjuanganku belajar di bimbel juga di kelas untuk menembus Psikologi UNPAD, namun harapan itu melayang bersama angin malam nan dingin lalu hilang terbang ke awan yang kelam, sekelam hatiku. Aku tidak lulus SPMB, betapa sedih dan malunya aku.  Guru agamaku bilang Allah pasti memberi yang terbaik untuk hambaNya, mana itu? Protesku dalam hati, kalau memang yang terbaik ya harusnya aku lulus SPMB karena itu keinginanku dan aku mau membahagiakan orang tuaku!. Kalau memang Allah memberi yang terbaik kenapa Dia tidak mengabulkan keinginanku padahal aku belajar siang dan malam sebagai persiapan sebelum SPMB. Aku angkuh karena merasa sudah berusaha maksimal. Kegalauan melanda, aku harus meneruskan kuliah kemana? *** Vivi, temanku di SMA N...